Wisata Bersejarah di kota Surabaya

Tugu Pahlawan

Tugu Pahlawan terletak di Jalan Tembaan. Tugu pahlawan ini dibangun untuk menghormati parjurit Surabaya yang tewas selama pertempuran besar melawan tentara sekutu yang dilumpuhkan oleh NICA, dan yang ingin menduduki Surabaya pada 10 November 1945. Tugu pahlawan ini terletak di depan kantor gubenur.
Tugu pahlawan dibangun dalam bentuk "paku terbalik dengan ketinggian 40,45 meter dengan diameter 3,10 meter dan di bagian bawah diameter 1,30 meter. Di bawah monumen dihiasi dengan ukiran "Trisula" bergambar,' "Cakra", '"Stamba" dan' "Padma" sebagai simbol api perjuangan.
Di dalam tugu ini, terdapat Museum 10 November. Museum Sepuluh Nopember dibangun untuk memperjelas keberadaan Tugu Pahlawan tersebut dan sebagai penyimpang bukti-bukti sejarah di 10 November 1945.




Museum WR SOEPRATMAN

wr-soepratman-museum/Wage Rudolf Soepratman adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya. Dia dilahirkan pada Senin 9 Maret, 1903 di Jatinegara Jakarta, ia seorang Muslim dan tidak mengikuti organisasi politik apapun. Ayahnya bernama Senen, seorang sersan di Batalyon VIII. Diasuh oleh kakak iparnya WM Van Eldik (Sastromihardjo) ia telah belajar bermain gitar dan biola.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta,diadakan sebuah Kongres Pemuda yang melahirkan 'Sumpah Pemuda'. Pada malam penutupan kongres, pada tanggal 28 Octobers 1928, Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan para peserta. Waktu itu merupakan pertama kalinya lagu Indonesia Raya ini bergema di depan publik. Semua partisipan terkejut mendengarnya. Setelah itu, Lagu Indonesia Raya selalu tidak pernah ketinggalan untuk dibawakan di setiap kongres yang berlangsung. Lagu ini merupakan perwujudan dari keinginan bersama untuk sebuah kemerdekaan.
Untuk mengenang jasa WR Soepratman, kita dapat mengunjungi museum WR Soepratman di Jalan Tambaksari Surabaya. Di Museum ini bisa dilihat tulisan asli WR Soepratman ketika ia membuat lagu Indonesia Raya pada saat pertama, dan juga biola historis yang menemaninya saat membuat beberapa lagu kebangsaan.
Lokasi museum WR Soepratmat ini juga berdekatan dengan makam beliau yang meninggal pada 17 Agustus 1938. Sejak menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Beliau banyak di buru oleh pihak Belanda, dan hal ini membuat beliau sakit-sakitan.
Lagu terakhir yang beliau ciptakan berjudul Matahari Terbit, dan karena lagu itu pulalah, Beliau di penjara di Kalisosok dan pada akhirnya meninggal.
Pada 26 Juni 1959, Pemerintah Regulasi 44 mengumumkan bahwa Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Indonesia.

Monumen Jenderal Soedirman

Monumen Jenderal Sudirman terletak di Jalan Yos Sudarso, Surabaya. Jalan satu arah ini adalah jalan utama yang selalu sibuk setiap hari. Di jalan ini, ada banyak bangunan penting seperti Gedung Balai Kota, Hotel New Garden Palace, pintu masuk ke Balai Pemuda, Gedung Parlemen Surabaya, dan Mess lapangan Angkatan Laut Yos Sudarso.
Di bawah patung itu telah dipahat beberapa kata dari Panglima Jenderal Soedirman yang menunjukan semangat untuk terus berjuang, mempertahankan tanah air, tidak pernah menyerah dan selalu berjuang bagi bangsa dan negara.
Monumen ini didedikasikan untuk semua masyarakat Jawa Timur yang di gagas oleh Letnan Jenderal M. Yasin sebagai Komandan VII Brawijaya pada saat itu. Monumen ini dihadapkan pada Monumen Bambu Runcing sebagai simbol kota pahlawan, gedung ini juga dekat dengan Gedung balai kota, yang merupakan Kantor Walikota Surabaya.




Museum Mpu Tantular

Museum Mpu Tantular merupakan museum yang dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan merupakan kelanjutan dari didirikannya lembaga kebudayaan kebudayaan Stedelijk Historisch Museum Soerabaia oleh seorang warga Surabaya yang berkebangsaan Jerman, bernama Von Vaber pada tahun 1933. Museum ini baru diresmikan pada tanggal 25 Juli 1937.
Museum Mpu Tantular awalnya terletak di Jalan Pemuda no. 3 Surabaya, dan setiap ruangan di dalam museum terbagi dalam beberapa segmen seperti, ruang koleksi, perpustakaan, kantor dan auditorium. Dalam masa kepemimpinan Von Vaber, beliau banyak mengadakan hubungan internasional menyangkut pembangunan dan perluasan museum, sayangnya Von Vaber lebih dulu meninggal pada 30 September 1955 sebelum menyelesaikan banyak hal.
Sepeninggal Von Vaber, museum tersebut tidak terawat, koleksi-koleksinya banyak yang rusak dan hilang. Kemudian museum dikelola oleh Yayasan Pendidikan Umum. Pada tahun 1964, museum ini memperoleh pendanaan dari Yayasan Bapak Prof Dr. M. Soetopo. Setelah dibentuknya Direktorat Permuseuman di lingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, perhatian Pemerintah terhadap museum yang dikelola Yayasan Pendidikan Umum menjadi lebih serius.
Museum Pendidikan Umum dibuka secara umum tanggal 23 Mei 1972 dan diresmikan dengan nama "Museum Jawa Timur". Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan Lembaga Kebudayaan ini kepada Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur.
Dalam proses penegerian, Yayasan Pendidikan Umum bekerja sama dengan perwakilan Kantor Pembinaan Permuseuman Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dan pada tanggal 1 November 1974 museum ini resmi berstatus Museum Negeri. Selanjutnya museum Jawa Timur diresmikan dengan nama "Museum Negeri Jawa Timur Mpu Tantular". Karena bertambahnya koleksi, pada pertengahan tahun 1975 Museum dipindahkan ke tempat yang lebih luas yaitu di Jalan Taman Mayangkara No. 6 Surabaya, yang diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1977 oleh Gubernur Jawa Timur Sunandar Priyosudarmo.


Museum TNI-AL Loka Jala Crana

Pada awal mulanya, Museum Loka Jala Crana dibangun pada 19 September 1969 dengan nama Museum Angkatan Laut, yang disahkan oleh Ibu R Mulyadi. Sesuai dengan namanya, museum angkatan laut didedikasikan untuk kadet angkatan laut dan sebagai pembelajaran dalam hal sejarah. Dengan berjalannya waktu, museum ini berubah nama menjadi Museum TNI-AL pada tanggal 10 Juli 1973. Akhirnya, pada perubahan terakhir museum ini sudah berubah menjadi Museum Angkatan Laut Loka Jala Crana pada tanggal 6 Oktober 1979.
Museum Loka Jala Crana ini terletak di Morokrembangan, di Kecamatan Krembangan, Surabaya dan di bawah naungan Akademi Angkatan Laut dan Komando, Pendidikan & Pengembangan Angkatan Laut untuk tentara, petugas dan sersan.
Museum ini mengingatkan sejarah tentang Angkatan Laut, yaitu tentang Revolusi Fisik, ditambah lagi museum ini memiliki koleksi yang berhubungan dengan revolusi, termasuk kapal perang dengan meriam, pesawat, helikopter, Tank Amfibi PT 76, bidang artileri dan pertahanan udara, senjata api; dari pistol kuno laras panjang sampai otomatis yang mungkin tidak dapat ditemukan di tempat lain. Selain itu, ada juga miniatur kapal perang KRI yang lengkap dengan bingkai cerminnya. Miniatur ini dibuat sesuai dengan armada asli yang digunakan untuk memperkuat Republik Indonesia.
Setelah itu, terdapat juga replika kapal Dewaruci yang terkenal, dimana kapal aslinya masih beroperasi sampai sekarang. Kapal ini difungsikan untuk melatih kadet untuk berlayar selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya mereka di tugaskan di lautan lepas.
Keberadaan Museum Al Loka Jala Crana ini ibarat sebuah album kenangan yang berisi tentang perjuangan Angkatan Laut Indonesia yang berjuang mempertahankan wilayah nusantara.


Museum Kesehatan Dr Adhyatma, MPH

Dalam rangka untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan budaya bangsa, Departemen Kesehatan Indonesia melalui Pusat Pengembangan Riset Teknologi dan Pelayanan Kesehatan di Surabaya, memprakarsai sebuah museum kesehatan sejak tahun 1990.
Museum ini mengumpulkan dan menampilkan beberapa peralatan kesehatan bersejarah sejak waktu awal waktu sampai sekarang. Secara formal pada tanggal 14 September 2004, Menteri Kesehatan meresmikan museum ini dan bernama "Museum Kesehatan Dr Adhyatma dari, MPH - Depkes".
Dalam perkembangannya, mungkin saat ini kita selalu dilayani dengan alat-alat medis dengan tehnologi tinggi dan canggih, tapi kita juga perlu tahu bahwa di waktu-waktu awal, terdapat alat-alat medis sederhana yang turut berperan dalam hal medis.
Oleh karena itu, melalui Museum Kesehatan ini diharapkan menjadi media pendidikan atau pusat pembelajaran bagi masyarakat dan komunitas yang peduli tentang upaya kesehatan.

Tujuan dari museum ini dibangun untuk menyimpan dan melestarikan benda-benda bernilai historis dalam hal kesehatan sampai sekarang. Selain itu museum ini juga berfungsi memberikan informasi kepada generasi sekarang dan generasi mendatang tentang seluk-beluk kesehatan, budaya ilmu pengetahuan sejarah, dan sebagainya.
Museum ini telah dilengkapi dengan "perpustakaan khusus" yang mengumpulkan dan melayani semua bahan pustaka, seperi: buku, majalah, kaset rekaman, rekaman video dan lain-lain. Bahan pustaka ini memungkinkan untuk adanya studi pendalaman budaya dalam kesehatan.
Koleksi ini juga mencakup semua benda-benda bersejarah dalam pelayanan kesehatan dari berbagai daerah, ras / etnis, agama / kepercayaan, dll; Koleksi tersebut diperlihatkan dalam: bentuk asli, imitasi, replika, foto atau gambar.
Sementara ruang pameran secara teknis dalam museum ini dipertunjukkan dalam ruangan yang berbeda yang disebut 'Sasana ", yaitu:
  1. Sasana Adhyatma
    Sasana ini menyajikan berbagai koleksi Adhyatma MPH Dr an ketika ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada tahun 1988 hingga 1993. Ada juga koleksi prasasti.
  2. Sasana Kencana
    Di ruangan ini dipamerkan berbagai benda bersejarah dari dekorasi, lencana dari logam mulia, surat penghargaan dan sebagainya. Di ruangan itu juga disajikan sejarah dan profil kesehatan pelopor museum.
  3. Sasana Kespro (Kamar Kesehatan Reproduksi)
    Ruangan ini menyimpan dan menampilkan berbagai item / peralatan kesehatan reproduksi termasuk; kesehatan ibu dan anak-anak dari berbagai budaya, kesehatan kehamilan, persalinan dan keluarga berencana.
  4. Sasana Genetika (Kamar Genetika)
    Dalam ruangan ini menunjukkan garis keturunan dan silsilah, seperti silsilah keluarga kerajaan di Indonesia.
  5. Sasana Kesehatan Budaya (Kamar Budaya Kesehatan)
    Di ruangan ini, menampilkan beberapa alat medis yang terkait dengan kepercayaan atau supranatural dan dunia gaib yang berkembang di masa lampau.
  6. Sasana Fauna
    Kita harus tetap waspada terhadap hewan di sekitar kita. Berbagai binatang bisa menjadi mediator penyakit (vektor), tetapi ada juga beberapa binatang yang berkhasiat sebagai obat dan membantu kita semua. Untuk semua informasi tersebut, terdapat di ruangan ini.
  7. Sasana Medik dan Non Medik (Kamar Medis Dan Non Medis)
    Berbagai peralatan kesehatan medis dan non-medis yang disimpan dan ditampilkan di ruangan ini. Benda-benda yang digunakan oleh lembaga kesehatan di masa lalu dan menjadi layanan historis yang besar bagi kesehatan masyarakat kita. 

Monumen Jalesveva Jayamahe

Monumen ini memiliki tinggi 30,6 meter, yang ditopang oleh sebuah bangunan setinggi 30 meter. Patung diatas monumen ini menggambarkan Komandan Angkatan Darat Maritim Indonesia yang lengkap dengan pedang kehormatannya.
Sesuai dengan tampak patung dalam monumen tersebut yang dengan gagah berdiri menghadap laut, serasa siap menantang gelombang dan badai di lautan, begitu pula yang ingin di perlihatkan bahwa angkatan laut Indonesia siap berjaya. Monumen Jalesveva Jayamahe ini juga sesuai dengan motto angkatan laut Jalesveva Jayamahe yang berarti, Di Laut Kita Berjaya.
Monumen ini dibangun oleh Pemimpin Staf Angkatan Darat Maritim Indonesia yang kemudian dilanjutkan dengan Laksamana TNI Muhamad Arifin dan dirancang oleh Nyoman Nuarta. Selain sebagai monumen, bangunan ini juga difungsikan sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang ada di laut sekitar.







Jembatan Merah Surabaya

Jembatan Merah dibentuk atas kesepakatan Pakubowono II dari Mataram dengan VOC sejak 11 November 1743. Dalam perjanjian disebutkan bahwa beberapa daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan ke VOC, termasuk Surabaya yang berada di bawah kolonialisme Belanda.
Sejak saat itu, daerah Jembatan Merah menjadi kawasan komersial dan menjadi jalan satu-satunya yang menghubungkan Kalimas dan Gedung Residensi Surabaya. Dengan kata lain, Jembatan Merah merupakan fasilitator yang sangat penting pada era itu.
Jembatan Merah berubaha secara fisik sekitar tahun 1890an, ketika pagar pembatas diubah dari kayu menjadi besi. Saat ini, kondisi jembatan yang menghubungkan jalan Rajawali dan Kembang Jepun di sisi utara Surabaya ini hampir sama seperti jembatan lainnya, dengan warna merah tertentu.
Di sekitar jembatan, terdapat beberapa bangunan peninggalan Belanda lainnya yang masih difungsikan dan terletak di selatan Jembatan Merah. Selain itu, terdapat pula pusat perbelanjaan yang terkenal di Surabaya yaitu, Jembatan Merah Plaza.
Jembatan Merah pernah menjadi saksi hidup dari tentara Indonesia, khususnya pahlawan-pahlawan Surabaya yang berjuang melawan kolonialisme Belanda. Oleh karena itu, tidak peduli kondisi yang mungkin terjadi hari ini, Jembatan merah adalah warisan penting bagi sejarah Indonesia. Jembatan Merah merupakan pahlawan yang masih hidup dan akan terus hidup melawan waktu.




House Of Sampoerna

Terletak di kawasan "Surabaya lama", gedung megah bergaya kolonial Belanda ini dibangun pada tahun 1858 dan sekarang menjadi situs bersejarah yang terus dilestarikan.
Gedung ini sebelumnya digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola oleh Belanda, kemudian dibeli pada tahun 1932 oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna, dengan maksud untuk digunakan tempat produksi rokok pertama Sampoerna.
Saat ini, gedung ini masih berfungsi sebagai tempat produksi salah satu produk rokok paling bergengsi di Indonesia, Dji Sam Soe. Dalam peringatan ulang tahun ke-90 Sampoerna di tahun 2003, kompleks utama telah susah payah renovasi dan sekarang terbuka untuk umum.
Di auditorium sentral dalam bangunan ini telah menjadi museum dan di bagian timurnyat telah diubah menjadi ruangan untuk kafe, kios merchandise dan galeri seni. Sedangkan, bangunan di sisi barat tetap menjadi rumah tinggal keluarga pendirinya.
Museum
Museum House of Sampoerna (HOS) menawarkan pengalaman yang benar-benar unik bagi pengunjung. Dari cerita tentang keluarga pendiri sampai melihat dari dekat proses penggulungan rokok yang masih dilakukan secara manual dalam produksi rokok Dji Sam Soe.
Di dalam museum kafe, pengunjung bisa membeli berbagai souvenir yang berkaitan dengan gedung ini Sampoerna ini, seperti: miniatur peralatan tongkat rokok tradisional, cengkeh, buku dan kemeja.



Patung Joko Dolog

Patung Joko Dolog, terletak di taman Apsari, Surabaya. Menurut legenda, patung ini dibuat pada 1211 Saka atau 1289 M di makam Wurarare [Lemahtulia], yang merupakan rumah Mpu Bharadah di desa Kedungwulan, dekat kota Nganjuk, Jawa Timur.
Patung ini dibuat untuk menghormati Putra Kertanegara, yaitu Wisnu Wardhana sebagai raja Singosari pada saat itu. Dia terkenal karena kebijaksanaannya, pengetahuan luas di bidang hukum dan ketaatan kepada agama Buddha dan cita-cita yang ingin mempersatukan bangsa Indonesia.
Menurut Bupati Surabaya, Patung Joko Dolog ditemukan di kandang gajah. Pada 1827 pada era pemerintah Hindia Belanda, yang berada di bawah Residen De Salls, memindahkan patung itu ke Surabaya dan ditempatkan di taman Apsari. Patung ini sering dikunjungi oleh beberapa orang yang ingin menghormati nilai sejarah yang ada.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar